TANAM PADI DAN SAYURAN DI SAWAH

Refleksi Mengenang Membeli Sepatu Merk Kyoto

Muhtadin Tyas

Pagi hari di sawah mengingatkan akan masa kecil saya yang hampir setiap hari bergelut di sawah. Ketika saya masih kelas 4-6 Sekolah Dasar (SD) jam belajar itu pada siang hari dimulai pukul 13.00 WIB. Pagi harinya saya harus ke sawah untuk membantu orang tua, mulai dari menemani atau momong adik-adik yang masih kecil, sampai ikut membantu mengusir burung-burung ketika padi mulai menguning. Ini adalah tugas saya -hari yang dilakukan bersama Ayah dan Ibu yang tidak semua anak seusia saya dapat mengalaminya, terutama di kampung saya kelahiran dan dibesarkannya.

Saat saya memasuki usia SMP setelah pulang dari sekolah biasanya selalu ke sawah untuk membantu orang tua mencangkul. Mulai dari mencangkul sawah untuk ditanam padi, juga mencangkul sawah dan ladang untuk ditanami sayuran. Sawah yang digarap adalah bukan milik orangtua, tetapi milik tetangga ata sanak saudara. Belum lagi saat usia SMA juga harus banting tulang dengan kuli mencangkul dan membajak sawah yang dimiliki tetangga. Senangnya ketika diberi upah setelah pekerjaan mencangkul selesai beberapa petak sawah, senangnya dapat rezeki untuk biaya sekolah.

Selama menunggu beberapa minggu tanaman sayur besar dan cukup umur untuk di panen, bergembiralah untuk bersiap mendapatkan hasil. Saat panen tiba, sayuran itu di jual ke pasar dan tengkulak yang biasa membeli dari petani. Hasil panen dan jual sayuran itu dibelikan sepasang sepatu, seragam dan buku sekolah. Senangnya saat itu dapat membeli sepatu dari hasil kerja keras mencangkul di sawah.

Saya masih mengingat saat itu usia SMP, saya membeli sepatu berwarna biru dengan merk Kyoto. Namun saya tidak mengira merk Kyoto itu ternyata diambil dari nama sebuah kota di Jepang. Saat  berkesempatan belajar menuntut ilmu di Jepang, dapat merasakan atmosfer recharging academic di kota Kyoto Jepang dengan menikmati kecepatan Shinkansen yang super teknologi. Ini adalah tidak pernah saya bermimpi berada di Kyoto yang menjadi merk sepatu yang pernah saya beli dari hasil kerja keras berjemur di terik panas matahari.

Menikmati keindahan hamparan sawah dan padi yang akan mulai menguning adalah mengenang masa lalu. Namun bukan sawah yang pernah saya rasakan ketika di kampung masa kanak-kanak yang penuh prihatin dan penuh perjuangan untuk meraih masa depan. Kampung yang dulu kini sudah menjadi hamparan perumahan.

8 thoughts on “TANAM PADI DAN SAYURAN DI SAWAH

    1. Allahukbar, sungguh luar biasa. Menikmati hasil kerja keras adala susana hati yang kadang-kadang sudah tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Excelent dan inspiratif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *