
DAYA JUANG KADER DAN PENYIAPAN MASA DEPAN MUHAMMADIYAH
Oleh: Dr. Muhtadin Tyas
Sekretaris PD Muhammadiyah Kota Depok)
Kiyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah dan penggagas pendidikan, mengawali kiprahnya ketika mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah yang berdiri pada 1 Desember 1911. Muhammad Darwis atau nama kecil Kyai Haji Ahmad Dahlan ini memberikan pelajaran ilmu agama Islam dan pengetahuan umum atau integrasi dalam sistem pembelajaran di rumahnya. Perintis Muhammadiyah dalam reformasi pendidikan, khususnya pendidikan Islam, selain dikaitkan dengan gagasan Tajdid atau kebangkitan Islam, yang ada di benak K.H. Ahmad Dahlan sebagai Mujaddid Islam Indonesia, juga dari sudut pandang holistik atau integral. Ini adalah dalam rangka menyiapkan dan melahirkan kader-kader unggul dan berkemajuan untuk memimpin masa depan Muhammadiyah dan bangsa.
Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah mendeklarasikan diri sebagai gerakan pembaharu (gerakan tajdid). Organisasi ini dikenal sebagai gerakan Islam modernis di Indonesia telah menunjukan keberhasilan dalam memberikan jawaban atas problem umat abad sekarang ini, ketika organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan tahun 1330 H/1912 M ini mampu memberikan solusi-solusi keagamaan atas persoalan-persoalan aktual kehidupan dan kemodernan abad ini.
Pembaharuan atau terobosan yang dilakukannya cukup kontroversial pada jamannya, menempatkan Muhammadiyah dalam garda terdepan gerakan reformasi, disamping gerakan-gerakan modern lainnya. Amal-amal usaha Muhammadiyah merupakan bukti dari Islam yang bercorak transformatif dan berkemajuan yang aktual itu. Di abad sekarang ini Islam transformatif dan berkemajuan yang di tawarkan Muhammadiyah sungguh menghadapi tantangan-tantangan baru. Kaderisasi juga menjadi tantangan tersendiri dalam membangun peradaban dan kemajuan bangsa yang didalamnya kader-kader Muhammadiyah.
Kaderisasi Menjadi Jalan Pembaharuan
Kaderisasi menjadi salah satu jalan bagi Muhammadiyah untuk melangsungkan gerakannya, tidak terlepas dari dinamika yang terjadi saat ini. Maka diperlukan kader pembaharuan yang akan menjadi penyempurna gerakan. Menurut Prof. Haedar Nashir, bahwa disatu pihak kaderisasi merupakan proses yang spesifik untuk melahirkan sumber daya manusia yang menjadi pelaku-pelaku dakwah Muhammadiyah, bahkan menjadi kekuatan inti gerakan Muhammadiyah yang memiliki komitmen dalam mengemban misi Persyarikatan. Namun di pihak lain, kini makin keras tuntutan agar kaderisasi makin terbuka pada alternatif mengembangkan usaha-usaha guna menyiapkan sumber daya manusia yang “laku dipasar bebas” sebagaimana hukum pasar global di era kemajuan yang bercorak kapitalistik ini.
Prof. Haeder Nashir juga memandang, bahwa secara konvensional kaderisasi secara khusus memang memiliki keniscayaan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki komitmen tinggi pada misi Persyarikatan. Kaderisasi bukanlah “sekolah bebas” yang melahirkan lulusan-lulusan yang berorientasi serba ke pasar. Tetapi, agaknya kini makin kuat tuntutan agar menjadi institusi yang serba terbuka baiknya sebuah pabrik yang menghasilkan berbagai macam produk yang siap di lepas ke pasaran. Tuntutan ini memerlukan peninjauan ulang tentang konsep kaderisasi sesungguhnya, kaderisasi diselenggarakan untuk menghasilkan kualitas manusia (kader) yang seperti dalam gerakan Muhammadiyah? Apa untuk kepentingan terbatas atas meluas.
Kaderisasi semestinya dituntut untuk menjadi sebuah jalan pembaharuan yang terbuka sebagaimana banyak dikedepankan belakangan ini, yang dianggap sebagai “darah segar” daya juang kader Muhammadiyah. Dalam konteks ini, maka kaderisasi harus di posisikan ulang dalam dinamika gerakan berkemajuan. Kaderisasi adalah proses estafet kepemimpinan masa depan. Menurut Prof. Amien Rais diperlukan sebuah kepemimpinan yang terdiri dari manusia-manusia yang pemahamannya terhadap dunia modern jelas dan sumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah cukup mantap, memiliki visi dan bukan sekedar jago kandang tetapi harus mampu bertarung di arena yang luas.
Beberapa pemikiran berikut ini perlu di diskusikan yang menjadi daya juang kader dalam menyambut masa depan Muhammadiyah pasca Musyawarah Daerah ke-7 Muhammadiyah dan Aisyiyah Kota Depok periode Muktamar ke-48 masa jabatan 2022-2027, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, secara kelembagaan bahwa penyelenggaraan kaderisasi adalah majelis pendidikan kader dan sumber daya insani haruslah memiliki posisi dan peran sentral dalam Muhammadiyah. Majelis ini harus memiliki kekuatan yang tegak dan luas dalam struktur organisasi Muhammadiyah sehingga memiliki kekuatan tersendiri di tubuh organisasi ini. Jika lembaga penyelenggaraan kaderisasi ini masih belum menjadi pusat pengakaderan dan dengan peran yang masih parsial, maka sulit menuntut fungsi kaderisasi yang bersifat terbuka dan berkemajuan. Membangun kerjasama antara majelis dan lembaga adalah langkah maju untuk mewujudkan visi gerakan.
Kedua, secara konseptual, kaderisasi harus di rancang bangun dalam bangunan yang komprehenssif meliputi kaderisasi dalam institusi pendidikan, keluarga, dan organisasi-organisasi otonom serta komponen organisasional didalam Muhammadiyah. Daya juang kader dalam pendidikan harus semakin merasa haus akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kader Muhammadiyah harus dapat menguasai teknologi dan informasi yang dikokohkan dengan nilai-nilai akhlakul karimah sebagai salah satu jalan memajukan dan membangun perababan. Ini tidak dapat dapat dihindari dan karena perubahan itu sangat cepat sekali. Tidak mungkin mengharapkan kaderisasi dengan output yang terbuka manakala kader dan institusi ini hanya ditempatkan sebagai kegiatan pelatihan semata dengan wewenang, fungsi, dan lapangan yang serba terbatas.
Ketiga, dukungan infrastruktur dan fasilitas yang optimal dan benar-benar diperuntukan bagi investasi sumber daya manusia yang stratejik saat ini. Bagi kader yang memiliki daya juang tinggi, harus berusaha semaksimal mungkin mencari dan mendapat dukungan yang dapat mengembangkan bakat dan minatnya di era digital dan horisontal ini. Maka akan semakin banyak kader-kader terbaik berprestasi akan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional, seperti pada Sea Games di Kamboja tahun 2023 ini beberapa kader yang meraih medali, termasuk kader Muhammadiyah Kota Depok.
Jika setidaknya ketiga faktor itu dapat di penuhi, maka sangat mungkin kaderisasi sebagai institusi penyiapan sumber daya manusia ini yang serba terbuka dan meluas sebagaimana mungkin dapat diharapkan. Ini akan semakin optimis dalam penyiapan masa depan Muhammadiyah yang tantangannya akan semakin berat dalam dakwahnya.
Arti Penting Perkaderan bagi Muhammadiyah
Kaderisasi menjadi program yang sangat penting dan strategis mengingat misi dan eksistensi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar adalah yang menjadi utama. Oleh karena itu Muhammadiyah harus selalu bergerak untuk kemajuan dan perubahan, dalam gerakannya itu keberadaan kader-kader yang bermutu dan konsisten memiliki arti penting bagi Persyarikatan. Kader dengan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki akan semakin memperkuat barisan dakwah Muhammadiyah yang berkemajuan.
Keberadaan kader itu bukan saja untuk kelangsungan regenerasi dan suksesi kepemimpinan yang terjaga, tetapi juga penambahan personil yang memperkuat barisan dakwah dan jihad yang terorganisir. Semoga kader-kader Muhammadiyah Kota Depok selalu terdepan dalam menyiapkan masa depan Muhammadiyah yang berkemajuan.
Depok, 26 Juli 2023
Referensi: Muhammadiyah Menuju Millenium III, Yogyakarta, Pustaka SM, 1999
Tulisan yang menggetarkan dan menginspirasi.
Siap…Ustaz…terima kasih
Masya Allah. Tulisan yang luar biasa.
Perkaderan menjadi PR penting ditempat kami Ust. Muhtadin Tyas.
Terima,kasih, pencerahannya.
Sama-sama Bunda Endang…terima kasih
Masya Allah kader Muhammadiyah sangat luar biasa
Alhamdulillah
Terus berkarya pa untuk Muhammadiyah keren
Terima kasih Pak Samidi…sehat selalu…
Siap Ustaz…